Sabtu, 05 Juli 2008

sayap sayap patah (kahlil gibran)

Wahai langit .... Tanyakan pada-Nya Mengapa Dia menciptakan sekeping hati ini .... Begitu rapuh dan mudah terluka .... Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta Begitu kuat dan kokoh .... Saat berselimut cinta dan asa .... Mengapa Dia menciptakan rasa sayang dan rindu di dalam hati ini .... Mengisi kekosongan di dalamnya Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih Menimbulkan segudang tanya .... Menghimpun berjuta asa .... Memberikan semangat juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira .... Mengapa Dia menciptakan kegelisahan dalam jiwa .... Menghimpit bayangan .... Menyesakkan dada .... Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa .... Wahai ilalang .... Pernahkan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini ? Mengapa kau hanya diam .... Katakan padaku .... Sebuah kata yang bisa meredam gejolak jiwa ini .... Sesuatu yang dibutuhkan raga ini .... Sebagai pengobat rasa sakit yang tak terkendali .... Desiran angin membuat berisik dirimu ....
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku .... Aku tak tahu apa maksudmu .... Hanya menduga .... Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana .... Menunggumu dengan setia .... Menghargai apa arti cinta .... Hati terjatuh dan terluka .... Merobek malam menoreh seribu duka .... Kukepakkan sayap - sayap patahku .... Mengikuti hembusan angin yang berlalu .... Menancapkan rindu .... Di sudut hati yang beku .... Dia retak, hancur bagai serpihan cermin .... Berserakan .... Sebelum hilang diterpa angin .... Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati .... Bercampur baur dengan debu .... Ingin ku rengkuh .... Ku gapai kepingan di sudut hati .... Hanya bayangan yang ku dapat .... Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya .... Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini .... Ia telah patah .... Tertusuk duri yang tajam .... Hanya bisa meratap .... Meringis .... Mencoba menggapai sebuah pegangan ....

Cinta Akhir


Cinta sejati
Takkan mungkin lumpuh
Karna disana tiang
Kepercayaan berdiri teguh
Walau badai menghempas
Cinta takkan terhempas
Dia selalu berdiri
Membentang lautan api
Bila cinta mulai layu
Kuncup kesetiaan mulai timbul
Dengan harumnya tutur kata
Andai sang asa menyambut dengan penuh kasih
Kita sambut kasih dengan awal dan akhir

Duka dalam Harap


Kutatap wajahmu
Dalam kesunyian senja
Kau getarkan hati
Yang sedang hampa
Disela-sela gelak tawa
Disela-sela canda ria
Rasa cemas hilang
Dalam dambaan cinta
Disaat hati sedang sepi
Wajahmu selalu hadir
Barjuta harap pada senyummu
Datang ditengah-tengah mimpiku
Namun......
Berjuta cinta
Hanya tenggelam
Dalam damba

Tentang Kehidupan


Malam ini suasana sunyi
Sedamai malam, seramah rembulan
Hari-hari berganti, mengikuti sang waktu
Perjalanan semakun jauh
Hari ini engkau berucap
Sepeninggal kata demi kata....
“Hidup ini bagaikan air”
“Hidup ini bagaikan Waktu”
semua yang ku ucap
kucerna dalam alam
fikirku..........
raihlah segala cita
dalam cintamu
raihlah bintang disana
raihlah semua demi
masa depanmu

Cinta


Aku ingin bertanya
Cinta itu apa....
Pada siapa ku berkata
Cinta itu bagaimana
Yang kukenal adalah
Cinta bunda yang tiada tara
Menggema sepanjang masa
Membuai sepanjang kala
Ditengah nyiur melambai
Kulihat sepasang mata
Seakan angin melambai
Berdebar rasa didada
Tiada lagu dan tiada kata
Hanya lirikan mesra
Kini aku tau sudah
Ada cinta....... disana

Rindu itu


Gemuruh rasa mendebar jiwa
Laksana ombak di samuderanya
Kerinduanku tiada bertepi
Membakar dalam dada
Sesaat melengking jerit ke angkasa
Mencegah kesunyian malam
Dan hilang bersama angin
Namun sia-sia belaka
Semuanya takkan sampai
Padamu.....
Hingga hilang masa itu
Kau takkan pernah tau.....
Kecuali jika kau jua
Rasakan rindu itu

Kacau


Awan semakin menghilang
Menyembunyikan binar sang surya
Sekejap alam menjadi kelam
Angin berhembus
Ketenangan penyelimut
Bukit tergoyahkan
Tubuh merasa membeku
Langitku deras menangis
Jatuh meresap ketanah
Gersang dan dahaga basuh kehijauan
Begitu jua..... ranting api
Menyambar-nyambar
Mengusik kedamaian
Menyertai kahadirannya

Catatan malam hari


Bila malam tiba
Tinggallah aku bersimpuh
Diantara gemuruh khayalku
Dan asa yang mendesak
Merasuk kerongga jiwa
Ranting-ranting kering yang
Terombang ambing oleh angin malam
Yang deras, adalah lukisan cintaku
Yang menggelepar-gelepar
Menggapai tonggak kepastian
Diujung bayangmu
Kasih.....
Kala kulihat senyummu
Yang menempel mesra
Dipucuk pohon bambu
Rasanya setumpuk rinduku
Dan kusapa sinar matamu
Dan hatimu
Disini hanya nafas lirih yang tersisa
Berpadu dengan segala kepasrahan jiwa
Dengan segala penantian sepanjang
Titian cintamu yang menuntunku
Ke cahaya esok hari


Kegalauan Sore Bisu


Sore sembilu
Membisu penuh sendu
Jiwa terbang tak tau
Entah kemana ?
Tak tau juga mau kemana
Hatiku tiba-tiba bungkam
Terperanjat dan diam
Ku juga tak tau
Ada apa gerangan
Yang mengusik
Kucoba terka tiap denyutan
Jantung, tapi tapi tak kutemukan
Kenapa..... mengapa..... bagaimana....
Kutak tau
Sore yang sendu
Cobalah beri petunjuk
Agar aku dapat menguak
Misterimu.....

Renungan


Bila bulan bisa kupindahkan
Aku tak ingin malam
Ia mengajak buka lembar dimensi
Hingga menutup jendela
Masa depanku tanpa pamit
Bila matahari bisa kupindahkan
Aku mau terang selalu
Ia balon gemilang
Pemompa semangat kehidupanku
Agar aku dapat mencapai awan
Menepis mendung
Menggapai nyata
Mengukir renungan dibingkai langit
Oh.... betapa kita harus menyadari
Betapa kita sebesar debu dimata-Nya

Tak sekedar cinta

Ku ingin bercerita
Tentang yang terindah
Yang pernah ada
Yang pernah aku rasa
Ku ingin beritahu
Siapa yang kurindu
Yang ada di hatiku
Yang tlah jadi cintaku
Itu kamu.....
Cintaku tak sekedar cinta tanpa asa
Cintaku kan slalu kekal selamanya
Karna cintaku telah temukan
Tempat ternyamannya
Itu kamu.....
Kasih yakinlah
Tuk tetap menjadi
Penguasa singgasana hati-ku